Rabu, 10 Juli 2013

WARSAKUSUMA



WARSAKUSUMA
Warsakusuma adalah putra kedua Adipati Karna, raja negara Awangga dengan permaisuri Dewi Surtikanti, putri Prabu Salya dengan Dewi Pujawati/Setyawati dari negara Mandaraka. Ia mempunyai saudara kandung bernama Warsasena.

ASAL USUL WAYANG



SEJARAH ASAL USUL WAYANG

Asal-usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam kehidupan masyarakat. Wayang akrab dengan masyarakat sejak dahulu hingga sekarang, karena memang wayang itu merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia. Wayang tampil sebagai seni budaya tradisional, dan merupakan puncak budaya daerah.

Minggu, 07 Juli 2013

Bathara Yama




Bhaþàra Yama dala m cerita pedalangan disebut dengan nama Bhaþàra Yamadipati. Ia adalah anak ke delapan dari sepuluh orang putra Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bhaþàra Wungkuam, Bhaþàra Tambora, Bhaþàra Wrahaspati, Bhaþàra Siwah, Bhaþàra Kuwera, Bhaþàra Candra, Bhaþàra Kamajaya, Bhaþàra Surya dan Dewi Darmanesti.
Bhaþàra Yama bertempat tinggal di Kahyangan Hargadumilah. Ia dahulunya berwajah tampan. Tetapi karena memendam rasa kekecewaan yang berkepanjangan dan akhimya meledak menjadi kebencian, wajahnya berubah menjadi bengis menyeramkan sebagai akibat perbuatan Dewi Mumpuni, istrinya. Dewi Mumpuni hapsari Kainderan yang karena terpaksa menjadi istri Bhaþàra Yama atas perintah Sanghyang Manikmaya, akhimya kabur dari Kahyangan Hargadumilah setelah bertemu dengan Bambang Nagatmala, putra Hyang Ananta-bhoga dengan Dewi Suprepti dari Kahyangan Saptapratala.
Bhaþàra Yama tidak dapat berbuat apa-apa karena Sanghyang Manikmaya memutuskan, sesuai takdir Dewi Mumpuni harus berjodoh dengan Nagatmala. Karena menahan amarah, wajah Bhaþàra Yama berubah menjadi setengah raksasa. Oleh Sanghyang Manikmaya, Bhaþàra Yama kemudian ditetapkan sebagai penguasa neraka dan bertugas untuk mencabut nyawa manusia yang mati karena takdir.

Wisnu Anjali





Wisnu Anjali adalah kerabat Sanghyang Wisnu yang berkewajiban membina kesejahteraan di dalam lingkungan para pendeta. Ia lebih banyak tinggal di arcapada, menjelma sebagai brahmana atau satria mendamping penjelmaan Sanghyang Wisnu dalam melaksanakan tugas menjaga ketentaraman dan kesejahteraan dunia.
Pada jaman Lokapala (sebelum jaman Ramayana), Wisnu Anjali menitis pada Resi Supadma, ayah Resi Wisrawa atau kakek Rahwana di pertapaan  Girijembatan. Tugasnya memberi ajaran kebajikan di kalangan para raksasa yang waktu itu menjadi penduduk terbesar di wilayah Lokapala dan Alengka. Pada jaman Ramayana, Wisnu Anjali menjelma sebagai Resi Sutikna di pertapaan Kutarunggu/Citrakuta untuk menyampaikan ajaran ilmu Asthabrata yang berisikan delapan ajaran kepemimpinan yang bersumber dari delapan unsur alam kepada Ramawijaya. Ia kemudian manuksma dan bersatu dengan Arya Wibisana, putra Bagawan Wisrawa dengan Dewi Sukesi, dan saudara muda Prabu Rahwana, rajaAlengka.
Pada jaman Mahabharata, Wisnu Anjali menjelma sebagai Resi Padmanaba di pertapaan Untarayana dan menjadi guru Arjuna dan Narayana/Sri Kresna. Setelah memeberikan bunga Wijayakusuma dan senjata Cakra kepada Narayana, Resi Padmanaba kemudian manukswa dan bersatu dengan diri Sri Kresna. Beberapa tahun kemudian, Wisnu Anjali sejiwa dan manuksma di dalam diri Resi Kesawasidi di gunung Kutarunggu, untuk memberikan wejangan ajaran ilmuAsthabrata kepadaArjuna.

Bathara Wisnu




Bhaþàra Wisnu adalah Dewa keadilan atau kesejahteraan. Badannya berkulit hitam sebagai lambang keabadian. Ia mempunyai kendaraan berwujud garuda bernama Garuda Briawan, mempunyai pusaka bernama Kembang Wijayakusuma dan Cangkok Wijayamulya. Bila bertriwikrama, Sanghyang Wisnu mempunyai prabawa yang sangat dahsyat dan berganti rupa menjadi Brahalasewu.
Bhaþàra Wisnu adalah putra kelima Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia mempunyai lima saudara kandung masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Bhaþàra Kala. Sanghyang Wisnu juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umarakti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Bhaþàra Wisnu bersemayam di Kahyangan Untarasegara. Mempunyai 3 orang permaisuri dan 18 orang putra (14 pria dan 4 wanita). Dengan Dewi Sri Widowati/Srisekar, Sanghyang Wisnu berputra ; Bhaþàra Srigata, Bhaþàra Srinada dan Bhaþàrì Srinadi. Dari Dewi Pratiwi berputra; Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari. Sedangkan dengan Dewi Sri Pujawati berputra 13 orang masing-masing bernama ; Bhaþàra Heruwiyana, Bhaþàra Ishawa, Bhaþàra Bhisawa, Bhaþàra Isnawa, Bhaþàra Isnapura, Bhaþàra Madura, Bhaþàra Madudewa, Bhaþàra Madusadana, Dewi Srihuna, Dewi Srihuni, Bhaþàra Pujarta, Bhaþàra Panwaboja danBhaþàra Sarwedi/Hardanari.
Untuk membasmi angkara murka, Sanghyang Wisnu pernah menjelma/menitis menj adi ; Matswa (ikan) untuk membunuh raksasa Hargragiwa yang mencuri Kitab Weda. Menj adi Narasingha (orang berkepala hariamau) untuk membinasakan Prabu Hiranyakasipu, berupa Wimana (orang kerdil) untuk mengalahkan Ditya Ball. Sanghyang Wisnu juga menitis pada Ramaparasu untuk menumpas para gandarwa, menitis pada Arjunasasra/Arjunawijaya untuk mengalahkan Prabu Dasamuka, menitis
pada R’amawijaya untuk membinasakan Prabu Dasamuka, dan terakhir menitis pada Prabu Kresna untuk menjadi parampara/penasehat agung para Pandawa guna melenyapkan keserakahan dan kejahatan yang dilakukan oleh para Kurawa. Sanghyang Wisnu juga pernah turun ke dunia menjadi raja negara Medangpura bergelar Maharaja Suman untuk menaklukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora penjelmaan Bhaþàra Kala. Menjadi raja di negara Medangkamulan bergelar Prabu Satmata, untuk menaklukan Prabu Watugunung yang bertindak keliru dan nyasar mengawini ibunya sendiri.

Dewi Winata




Dewi Winata adalah putra Hyang Daksa. Ia mempunyai saudara kandung sebanyak 49 orang, dua belas orang diantaranya wanita. Diantara kedua belas saudara perempuannya yang dikenal dalam cerita pedalangan antara lain; Dewi Aditi (ibu Bhaþàra Waruna), Dewi Muni (ibu dari Dewi Mumpuni, istri Bhaþàra Yama yang kemudian menjadi istri Nagatatmala) dan Dewi Kadru. Dewi Winata beserta keduabelas saudara kandungnya menjadi istri Resi Kasyapa. Dari perkawinannya dengan Resi Kasyapa. Dewi Winata memperoleh dua orang putra berwujud burung garuda masing-masing bernama; GarudaAruna dan Garuda Aruni/Garuda Suwarna/Brihawan.
Dewi Winata pernah terkena kutuk pastu putranya sendiri, Garuda Aruna sebagia akibat ketidak sabarannya memecah telur Aruna sebelum waktunya menetas. Aruna yang merasa kesakitan karena menetas sebelum waktunya membalas mengutuk ibunya, bahwa Dewi Winata akan menjadi budak saudaranya sendiri. Kutukan itu menjadi kenyataan. Dewi Winata diperbudak oleh Dewi Kadru akibat kalah menebak wama kuda Ucirawas, karena Dewi Kadru dibandu anak-anaknya yang berwujud ular melilit tubuh kuda Ucirawas, hingga tubuh kuda yang putih mulus menjadi belang-belang.
Bertahun-tahun Dewi Winata diperbudak Dewi Kadru untuk mengasuh ribuan ular anak Dewi Kadru dengan Resi Kasyapa. Penderitaan Dewi Winata akhimya dapat dibebaskan oleh putranya, Garuda Aruni yang dapat memenuhi permintaan Dewi Kadru dengan memberikan tebusan berupa air Saktiwisa yang diperoleh Garuda Aruni dengan meminjamnya dari Bhaþàra Brahmanayana, atasseijin Sanghyang Brahma.

Dewi Wilutama





Dewi Wilutama adalah salah seorang dari tujuh bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari ; Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Irimirin dan Dewi Warsiki. Karena kecerdasarmya oleh Sanghyang Manikmaya, Dewi Wilutama ditetapkan sebagai kepala dari ketujuh bidadari upacara Suralaya tersebut.
Dewi Wilutama pernah turun ke dunia melaksanakan perintah Sanghyang Manikmaya untuk mempertemukan titisan Bhaþàra Derma dengan Bhaþàrì Demii. Waktu itu Bhaþàra Derma menitis pada Raden Samba, Putra Prabu Kresna dengan Dewi Jembawati. Sedangkan Bhaþàrì Dermi, menitis pada Dewi Hagnyanawati, putri Prabu Narakasura raja negara Surateleng, yang telah menjadi istri Prabu Bomanarakusra, raja negara Praj atisa/Surateleng.
Menumt cerita pedalangan, Dewi Wilutama pernah turun ke dunia menjelma menjadi kuda sembrani betina dan membawa terbang Bambang Kumbayana/Resi Drona menyeberangi lautan yang waktu itu sedang mencari Arya Sucitra. Dalam peristiwa itu terjalin hubungan asmara antara Dewi Wilutama dengan Bambang Kumbayana. Akibatnya Dewi Wilutama hamil, dan melahirkan seorang putra lelaki yang mempunyai ciri-ciri berambut dan bertelapak kaki kuda, yang diberi nama Bambang Aswatama.