BHAÞÀRA NARADA dikenal pula dengan nama Sanghyang
Kanwakaputra atau Sanghyang Kanekaputra. Ia adalah putra sulung dari empat
bersaudara putra Sanghyang Caturkanaka dengan Dewi Laksmi, yang berarti cucu
Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Tiga saudara kandungnya masing-masing
bernama ; Sanghyang Pitanjala, Dewi Tiksnawati dan Sanghyang Caturwama.
Bhaþàra Narada sangat sakti dan pernah bertapa di atas
pennukaan air samudra sambil menggenggam Cupu Linggamanik. Karena kesaktiaannya
melebihi Sanghyang Manikmaya, ia kemudian ditundukkan dengan Aji Kemayan,
sehingga beralih rupa dan wujudnya menjadi pendek bulat dan berparas jelek.
Sebagai imbalan, oleh Sanghyang Manikmaya, Sanghyang Narada diangkat menjadi
tuwangga (patih) di Suralaya dan dituakan oleh Sanghyang Manikmaya dengan
sebutan “kakang/kakanda”.
Bhaþàra Narada sangat dipatuhi oleh siapa saja yang bergaul
dengannya, karena keramahannya. Ia sangat alim, pandai dalam segala ilmu
pengetahuan, periang, jujur, hatinya bening, pikirannya cerdas, senang
bersenda-gurau, seorang prajurit dan pandita, sehingga mendapat julukan Resi.
Bhaþàra Narada
tinggal di kahyangan Siddi
Udaludal atau Sudukpangudaludal
(pedalangan Jawa) dan menikah dengan Dewi Wiyodi. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh dua orang putra, masing-masing bernama ; Dewi Kanekawati, yang
kemudian dianugerahkan kepada Resi Seta, putra Prabu Matswapati, raj a negara
Wirata, dan Bhaþàra Malangdewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar