Bhaþàra KALA adalah putra yang ke-enam/putra
bungsu Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu - satunya
yang berwujud raksasa dari ke-enam saudara kandungnya, karena ia tercipta dari
“kama salah” Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samodra dan menjelma
menjadi bayi rakasasa. Ke-lima kakak kandungnya masing-masing bernama;
Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan
Sanghyang Wisnu. Bhaþàra Kala juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain
ibu, putra Dewi Umakarti, yaitu Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan
Sanghyang Asmara.
Bhaþàra Kala bertempat tinggal di Kahyangan
Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman
yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bhaþàra Kala
memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bhaþàra Siwahjaya, Dewi
Kalayuwati, Bhaþàra Kalayuwana, Bhaþàra Kalagotama dan Bhaþàra Kartinea.
Bhaþàra Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika
mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan
Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan
yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang
Wisnu yang dapat mengalahkan Bhaþàra Kala.
Meskipun sakti, Bhaþàra Kala sangat dungu dan
tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali
bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bhaþàra Kala
akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk
lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan.
Bhaþàra kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar