Sanghyang Wenang adalah putra Sanghyang Nur
Rahsa/Nurasa dengan permaisuri Dewi Sarwati/Rawati, putri Prabu Rawangin raja
Jin di pulau Darma. Sanghyang Wenang lahir berwujud “Sotan” (suara yang
samar-samar) bersama adik kembarnya yang bernama Sanghyang Hening/Wening. Dalam
cerita pedalangan, Sanghyang Wenang dikenal pula dengan nama Sanghyang
Jatiwisesa. Saudara kandungnya yang lain ialah Sanghyang Taya atau Sanghyang
Pramanawisesa, yang berwujud “ akyan” (badan halus/jin)
Setelah Sanghyang Wenang dewasa, Sanghyang
Nurasa kemudian Manuksma (hidup dalam satujiwa) ke dalam din Sanghyang Wenang
setelah menyerahkan benda-benda pusaka : Kitab Pustaka Darya, Kerajaan, pusaka
dan azimat berupa ; Kayu Rewan, Lata Maha Usadi, Cupu Manik Astagina dan Cupu
Retnadumilah.
Sanghyang Wenang mula-mula berkahyangan di
gunung Tunggal, wilayah Pulau Dewa. Di tempat tersebut ia menciptakan surga
sebagai tempat bersemayam. Setelah itu menciptakan Kahyangan/Surga baru di
pulau Maldewa sebagai tempat tinggalnya yang baru.
Sanghyang Wenang menikah dengan Dewi
Sahoti/Dewi Sati, putri Prabu Hari raja negara Keling. Dari perkawinan tersebut
ia memperoleh lima putra, semuanya berwujud “Akyan” (maklukhalus atau j in)
masing - masing bernama; Sanghyang Tunggal, Dewi Suyati, BhaþàraNioya,
BhaþàraHemmaya dan Bhaþàra Senggana. Setelah Sanghyang Tunggal dewasa,
Sanghyang Wenang menyerahkan tahta, kerajaan dan segenap pasukannya kepada
Sanghyang Tunggal. Sanghyang Wenang kemudian tinggal di Kahyangan Ondar-Andir
Bawana, karena berwujud “Akyan”, maka Sanghyang Wenang hidup sepanjang masa,
bersifat abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar