Minggu, 13 Mei 2012

Ringkasan Mahabharata Parwa 10 - Sauptika Parva

Sudah baca Ringkasan Mahàbhàrata Parwa 9 - Viràta Parva?
Kalo gitu lanjut ke cerita 10 yaa.. :)

Úauptika Parva

Parva ini merupakan parva ke-10 Mahàbhàrata, banyak menceritakan tentang pembantaian kelima anak para Pàóðava. Bentuknya sama seperti Karóaparva, terdiri dari 806 úloka, tidak dibangun melalui subparva seperti parva-parva Mahàbhàrata pada umumnya.
Tiga orang pahlawan pihak pasukan Kuru (Kaurava) menuju ke arah Selatan. Mereka melihat pohon beringin yang sangat besar dan ketiganya beristirahat di sana. Kåpa dan Kåtavarma tidur terlelap, dan Aúvathama membangunkan mereka dan menyampaikan rencananya untuk membunuh Pàóðava. 

Kåpa berjanji unutk membantu Aúvathama bila bertempur ke esokkan paginya. Kåpa mencoba mencegah niat buruk untuk menghabisi putra-putra Pàóðava. Aúvathama saat malam hari mendatangi perkemahan pasukan Pàóðava dan menemukan mahkluk yang tubuhnya sangat besar dan menelan semua senjata. 

Aúvathama memuja keagung Sanghyang Mahàdeva dan tiba-tiba altar berwarna keemasan muncul di hadapan mereka. Aúvathama mempersembahkan dirinya ke dalam api pemujaan, kemudian Sanghyang Mahàdeva muncul di hadapannya selanjutnya menghadiahkan sebuah pedang dan kesaktian kepadanya. 

Aúvathama memasuki perkemahan Dhåûþadyumna dan menyerangnya. Dhåûþadyumna terbunuh saat itu. Putra Droóa ini kemudian membunuh pasukan Pañchala dengan sejata yang dianugrahkan oleh Sang Hyang Mahàdeva (Rudra). Ia kemudian membunuh putra-putra Utamauja. Seluruh putra-putra Draupadì (Pañca Kumara) semuanya terbunuh. 

Sañjaya melaporkan keberhasilan Aúvathama, karena saat itu Pàóðava tidak ada di tempat, demikian juga Úrì Kåûóa, sedang pasukan yang menjaga perkemahan saat itu semuanya tidur lelap. Selanjutnya Aúvathama, Kåpa dan Kåtavarma mengunjungi tempat kematiannya Duryodhana, dan ternyata Duryodhana masih hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan. 

Ratapan kesedihanmuncul dari tiga orang yang mengunjunginya itu. Aúvathama mengimformasikan kepada Duryodhana, bahwa telah menghabisi putra-putra Pàóðava. Duryodhana merasa senang dengan berita itu, kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Menyaksikan keadaan kematian putra-putra Pàóðava, Yudhiûþhira sangat sedih. Nakula bersama Bhìma merencanakan untuk mengejar Aúvathama ke persembunyiannya. Úrì Kåûóa meminta kepada Yudhiûþhira untuk mengatur taktik dan strategi untuk menyelamatkan Bhìma dari Aúvathama, karena ia memiliki senjata pamungkas Brahmàúiraá. 

Cerita tentang kehebatan sejata tersebut. Nakula membawa Draupadì dari kota Upaplavya. Ia jatuh pinsan ketika mendengar anak-anaknya semuanya dibantai oleh Aúvathama dan meminta kepada Yudhiûþhira untuk mendapat permata pada cudamaói (hiasan di atas dahi) Aúvathama. 

Pàóðava bersama Úrì Kåûna berusaha mencari Bhìma yang sedang mencari jejak persembunyian Aúvathama. Ketika Bhìma telah berhasil ditemui, Bhìma menolak untuk menghentikan pencariannya. Pàóðava menemukan Aúvathama sedang duduk di hadapan Maharûi Vyàsa. 

Aúvathama membentangkan panah Brahmàúira, Arjuna melepaskan panahnya untuk melumpuhkan kekuatan panah Brahmàúira. Pàóðava dengan Úrì Kåûóa terus mengikuti kepergian Bhìma. Mereka minta Aúvathama untuk tidak melepaskan anak panahnya yang sakti itu, namun Arjuna juga secepat kilat melepas panahnya yangsakti juga. 

Nampak tanda-tanda yang mengerikan di alam semesta. Untuk menyelamatkan alam semesta ini, Maharûi Nàrada dan Maharûi Vyàsa berdiri di antara kedua pahlawan yang sama-sama melepaskan senjata saktinya tersebut dan ternyata dari kedua senjata tersebut mengeluarkan api yang sangat besar yang mengancam kelangsungan alam ini. 

Arjuna teringat dengan anak-anak Pàóðava. Ia teringat dengan kutukan Úrì Kåûóa terhadap Aúvathama dan Maharûi Vyàsa membenarkan adanya kutukan tesebut dan hal ini dibenarkan oleh Maharûi Vyàsa. Aúvathama sadar terhadap kesalahannya dan menyerahkan permata pada cudamaói kepalanya kepada Pàóðava. 

Pàóðava kembali menemui Draupadì dan atas nasehat Úrì Kåûóa menempatkannya pada hiasan kepala Draupadì. Yudhiûþhira bertanya kepada Úrì Kåûóa mengapa Aúvathama berhasil membunuh putra-putra Pàóðava. Úrì Kåûóa menjelaskan bahwa hal itu terjadi adalah karena kehendak Sanghyang Mahàdeva. 

Pada zaman dahulu di zaman Kåtayuga para dewa melaksanakan sebuah yajña. Terjadi penghancuran yajña tersebut oleh Rudra, kasusksesan Aúvathama adalah berkat pertolongan Rudra (Mahàdeva).

Bersambung ke: Ringkasan Mahàbhàrata Cerita 11 - Strì Parva
Baca juga

Ringkasan Mahabharata Parwa 1. Adiparwa
Ringkasan Mahabharata Parwa 2. Sabhaparwa
Ringkasan Mahabharata Parwa 3. Vanaparva/Aranyakaparva
Ringkasan Mahabharata Parwa 4 - Virata Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 5 - Udyoga Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 6 - Bhisma Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 7 - Drona Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 8 - Karna Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 9 - Salya Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 11 - Stri Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 12 - Santi Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 13 - Anusasana Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 14 - Asvamedika Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 15 - Asramawasika Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 16 - Mausala Parva
Ringkasan Mahabharata Parwa 17 - Mahaprasthanika Parva

Ringkasan Mahabharata Parwa 18 - Svargarohanika Parva


baca juga cerita-cerita sisipan yang terjadi, antara lain: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar